Menjelang HUT RI Ke-80, Bendera Bajak Laut One Piece Ramai Dikibarkan Warga

Table of Contents
Bendera One Piece dikibarkan berdampingan dengan Merah Putih
Bendera One Piece dikibarkan berdampingan dengan Merah Putih

Kupang – Suasana menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia tahun ini dihiasi dengan fenomena unik yang menyita perhatian publik.

Di sejumlah wilayah, warga terlihat mengibarkan bendera bajak laut Topi Jerami, simbol dari kelompok fiktif dalam serial anime populer One Piece, berdampingan dengan Sang Merah Putih.

Gambar dan video tentang pengibaran bendera berlogo tengkorak memakai topi jerami itu viral di media sosial, memancing reaksi beragam dari netizen hingga aparat.

Meski sebagian publik menganggap ini sebagai ekspresi kreatif dan bentuk kecintaan terhadap budaya pop Jepang, tak sedikit pula yang menilai aksi tersebut kurang menghormati simbol kenegaraan.

Apa Itu Bendera Bajak Laut One Piece?

Bendera bajak laut One Piece, yang dikenal dengan sebutan Jolly Roger Topi Jerami, adalah simbol khas dari kelompok bajak laut fiksi bernama Straw Hat Pirates dalam serial anime dan manga One Piece karya Eiichiro Oda.

Serial ini sangat populer secara global, termasuk di Indonesia, dan telah menjadi bagian dari budaya pop modern.

Secara visual, bendera ini menampilkan gambar tengkorak tersenyum yang memakai topi jerami, lengkap dengan dua tulang bersilang di belakangnya—menyerupai lambang bajak laut klasik. Topi jerami tersebut merujuk langsung pada tokoh utama serial ini, Monkey D. Luffy, yang dikenal dengan impian menjadi Raja Bajak Laut.

Dalam dunia One Piece, setiap kelompok bajak laut memiliki Jolly Roger sendiri yang merepresentasikan filosofi dan tekad mereka. Untuk kru Topi Jerami, bendera tersebut menjadi simbol:

  • Kebebasan penuh dalam menjelajahi dunia
  • Persahabatan dan solidaritas antaranggota kru
  • Perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan

Tak heran, banyak penggemar melihat bendera ini sebagai lambang perjuangan, harapan, dan semangat hidup. Di dunia nyata, bendera ini dikibarkan dalam berbagai konteks oleh para penggemar, baik sebagai dekorasi, aksesori, hingga—seperti yang baru-baru ini viral di Indonesia—sebagai ekspresi diri menjelang HUT RI.

Mengapa Bendera One Piece Dikibarkan Berdampingan dengan Merah Putih?

Fenomena pengibaran bendera bajak laut One Piece berdampingan dengan Sang Merah Putih muncul di berbagai daerah, terutama menjelang peringatan HUT RI ke‑80.

Aksi ini memicu pro dan kontra, namun di balik itu, tersimpan alasan sosial yang cukup menarik.

Bagi sebagian warga—khususnya generasi muda—pengibaran bendera Straw Hat Pirates bukanlah bentuk pelecehan terhadap simbol negara, melainkan simbol ekspresi diri dan aspirasi zaman baru.

Bendera Merah Putih tetap dikibarkan sebagai bentuk nasionalisme, sementara bendera One Piece dianggap sebagai refleksi harapan akan kebebasan, keadilan, dan solidaritas, seperti yang diperjuangkan karakter-karakter dalam serial tersebut.

Sejumlah pengibar bendera menyebut aksi ini sebagai bentuk “tribute” terhadap nilai perjuangan—baik dari para pahlawan bangsa maupun para “bajak laut fiktif” yang menginspirasi lewat cerita.

> “Kami tetap hormat pada bendera Merah Putih. Tapi kami juga ingin menyampaikan bahwa generasi kami punya cara berbeda dalam mengekspresikan cinta tanah air,” kata seorang warga di Bojonegoro dalam wawancara lokal.

Bendera One Piece juga dianggap sebagai pengingat moral, bahwa dalam dunia nyata, masih banyak bentuk ketidakadilan, kesenjangan, dan dominasi kekuasaan yang harus dilawan—persis seperti misi Luffy dan kru-nya.

Maka tak heran jika banyak yang menganggap pengibaran ini sebagai kritik sosial dalam bentuk yang lebih kreatif dan damai.

Simbol Kebebasan atau Salah Tempat?

Menurut pengamat budaya pop dan media sosial, simbol bajak laut dalam One Piece telah lama diidentikkan dengan semangat kebebasan, perlawanan terhadap ketidakadilan, serta solidaritas di kalangan anak muda. "Ini lebih dari sekadar fandom. Bagi sebagian orang, Luffy dan kawan-kawannya adalah representasi mimpi dan perjuangan hidup," kata Rahmat Nurhadi, pemerhati budaya populer di Jakarta.

Meski demikian, aparat pemerintah telah mengimbau agar masyarakat tetap bijak dalam menunjukkan ekspresi kebudayaan. Bendera selain Merah Putih disarankan tidak dikibarkan dalam posisi sejajar atau lebih tinggi dari simbol negara, terutama saat momen kenegaraan seperti 17 Agustus.

Respons Warga: Bukan Mengganti, Tapi Mendampingi

Salah satu warga di Bekasi yang mengibarkan bendera Topi Jerami menjelaskan bahwa aksinya bukan bentuk perlawanan, tetapi sekadar bentuk hiburan dan kreativitas warga kampungnya. “Kami tetap kibarkan Merah Putih. Tapi kami juga ingin kampung kami semarak dan beda dari biasanya,” ujarnya kepada wartawan Kupang.eu.org.

Budaya Pop Sebagai Media Ekspresi Sosial

Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya populer bisa menjadi kanal alternatif dalam menyalurkan keresahan atau aspirasi publik, terutama dari kalangan muda. Mereka lebih mudah terhubung dengan narasi dari tokoh fiksi ketimbang jargon politik formal.

“Topi Jerami itu bukan sekadar karakter anime. Ia menjadi simbol mimpi akan dunia yang lebih adil, lebih bebas, dan lebih jujur,” kata Dian Paramita, sosiolog dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Imbauan Pemerintah

Sementara itu, Kemendagri telah mengeluarkan pernyataan resmi agar masyarakat tetap menghormati simbol negara. Pengibaran bendera nonresmi diperbolehkan selama tidak mengganggu simbol-simbol kenegaraan dan tidak dilakukan di fasilitas publik milik pemerintah.

Penutup

Apakah fenomena ini akan terus berulang di perayaan HUT RI berikutnya? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun yang pasti, masyarakat Indonesia—terutama generasi mudanya—tengah mencari cara baru dalam mengekspresikan nasionalisme dan identitas mereka.

Penulis: Tim Redaksi Kupang.eu.org

Kupang Digital
Kupang Digital Blog Kupang Digital - East Nusa Tenggara

Post a Comment